kontan.co.id - Semua bank di zona euro akan diawasi secara langsung oleh Bank
Sentral Eropa (ECB). Pengawasan ini bekerja di bawah proposal baru Uni
Eropa yang akan diperkenalkan bulan depan.
Komisi Eropa menghendaki mekanisme pengawasan tunggal untuk 6.000 bank. Sistem baru ini akan menggantikan aturan pengawasan yang ada saat ini. Namun mekanisme baru itu masih menunggu persetujuan para pemimpin Eropa.
Dalam banyak kasus, otoritas nasional yang ada saat ini dinilai terlalu sering gagal meramalkan kondisi perbankan yang berkaitan dengan masalah likuiditas. Banyak bank yang terlambat terdeteksi mengalami kesulitan pendanaan.
Buntutnya, bank tersebut perlu diselamatkan pemerintah yang pada gilirannya meningkatkan tekanan penggunaan anggaran negara. Usulan komisi membentuk sistem yang dirasa penting ini untuk membantu menstabilkan mata uang tunggal kebanggaan Uni Eropa yakni euro. Mekanisme tersebut juga diyakini bisa menghindari pengulangan masalah utang yang makin kronis.
Sebenarnya tak seluruh pengawas di tiap negara punya cara yang buruk. Beberapa negara dikenal memiliki regulasi yang kuat. Salah satunya adalah Jerman. Hanya saja beberapa bank dianggap terlalu besar untuk dikelola dan dianggap cukup besar berpotensi menimbulkan ancaman signifikan terhadap mata uang tunggal ketika mereka bermasalah.
"Kami telah melihat, beberapa bank yang dinilai tak memberikan dampak sistemik ternyata memiliki risiko sistemik," ujar juru bicara Komisi Eropa, Stefaan de Rynck. Menurutnya, otoritas nasional tetap memiliki peranan, namun ECB akan bertanggung jawab untuk mengawasi semua bank yang berhubungan dengan stabilitas keuangan. Otoritas nasional nantinya yang akan menjalankan keputusan ECB.
Pemerintah nasional juga akan terus bertanggung jawab pada bank yang tidak dapat diselamatkan di bawah proposal. Rencana ini akan berlaku untuk 17 anggota zona euro, namun perlu disepakati oleh semua 27 negara yang tergabung dalam Uni Eropa.
Komisi Eropa menghendaki mekanisme pengawasan tunggal untuk 6.000 bank. Sistem baru ini akan menggantikan aturan pengawasan yang ada saat ini. Namun mekanisme baru itu masih menunggu persetujuan para pemimpin Eropa.
Dalam banyak kasus, otoritas nasional yang ada saat ini dinilai terlalu sering gagal meramalkan kondisi perbankan yang berkaitan dengan masalah likuiditas. Banyak bank yang terlambat terdeteksi mengalami kesulitan pendanaan.
Buntutnya, bank tersebut perlu diselamatkan pemerintah yang pada gilirannya meningkatkan tekanan penggunaan anggaran negara. Usulan komisi membentuk sistem yang dirasa penting ini untuk membantu menstabilkan mata uang tunggal kebanggaan Uni Eropa yakni euro. Mekanisme tersebut juga diyakini bisa menghindari pengulangan masalah utang yang makin kronis.
Sebenarnya tak seluruh pengawas di tiap negara punya cara yang buruk. Beberapa negara dikenal memiliki regulasi yang kuat. Salah satunya adalah Jerman. Hanya saja beberapa bank dianggap terlalu besar untuk dikelola dan dianggap cukup besar berpotensi menimbulkan ancaman signifikan terhadap mata uang tunggal ketika mereka bermasalah.
"Kami telah melihat, beberapa bank yang dinilai tak memberikan dampak sistemik ternyata memiliki risiko sistemik," ujar juru bicara Komisi Eropa, Stefaan de Rynck. Menurutnya, otoritas nasional tetap memiliki peranan, namun ECB akan bertanggung jawab untuk mengawasi semua bank yang berhubungan dengan stabilitas keuangan. Otoritas nasional nantinya yang akan menjalankan keputusan ECB.
Pemerintah nasional juga akan terus bertanggung jawab pada bank yang tidak dapat diselamatkan di bawah proposal. Rencana ini akan berlaku untuk 17 anggota zona euro, namun perlu disepakati oleh semua 27 negara yang tergabung dalam Uni Eropa.