kontan.co.id - Siapa yang tak kenal Warren Buffet? ia adalah salah satu investor
paling fenomenal di dunia. Ketika ia bersabda tentang hukum ekonomi,
semua orang harus mencermati secara serius. Proyeksinya sangat jitu
dalam menata portofolio investasi.
Terakhir, ia membuktikan kepiawaiannya dalam berinvestasi saham melalui surat berusia 50 tahun. Apa katanya? meraup untung atau rugi investasi saham dalam kurun waktu 6 bulan hingga 1 tahun, bukanlah hal yang harus dipikirkan secara serius. Hal itu bisa dibuktikan lewat kinerja saham yang dikelolanya. Tapi kebenciannya terhadap emas? Itu cerita lain. CEO sekaligus pemilik Berkshire Hathaway ini memiliki pandangan tersendiri terhadap logam mulia itu.
Dia mencontohkan, jika seseorang memiliki 170.000 ton emas saat ini, 100 tahun kemudian balokan tersebut tak akan berubah ukuran dan tak akan memproduksi apa pun. Yang perlu digarisbawahi, ia lupa mencantumkan pergerakan harga emas.
Buffett lebih suka bermain saham ketimbang emas dan komoditas lainnya karena hal itulah yang membuat perusahaan publik dianggap memiliki aset secara nyata. Perusahaan-perusahaan tersebut bisa membayar dividen. Dengan kata lain, Buffett menilai saham merupakan aset produktif, sedangkan emas tidak.
Tetapi bagaimana jika pandangan Buffett kali ini salah?
Pernahkan anda melihat apa yang dilakukan emas dalam dua tahun terakhir? si kuning ini masih bertengger di atas US$ 1.600 per ons dan kembali ke teritori positif tahun ini. Benar, harga emas hingga paruh pertama 2012 masih 15% di bawah pencapaian tahun lalu yang mencetak rekor di US$ 1.925 per ons.
Fakta lain, emas berlari kencang melebihi kinerja saham selama lebih dari satu dekade. Ditambah lagi dengan rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang kemungkinan besar melakukan pelonggaran kebijakan ekonomi.
Kebijakan semacam itu akan menekan mata uang utama seperti US$ dan euro. Sebaliknya, emas akan semakin bersinar sebagai alternatif pilihan investasi.
Lalu bagaimana dengan pendapat Buffett? Jika sang Oracle of Omaha ini menyarankan agar menjauhi emas, apakah anda harus mengabaikannya? Jawabannya adalah: Iya.
Steven Feldman, CEO Gold Bullion International sebuah perusahaan yang memungkinkan semua orang berinvestasi langsung di logam fisik secara terang-terangan ingin mendebat pandangan Buffett.
Feldman yang merupakan mitra Goldman Sachs menilai, ada kesalahpahaman atas emas antara investor pemula dan investor canggih.
Menurutnya, mantra Buffett yang anti emas sangat unik dan wajib diverifikasi. Negara berkembang seperti China dan India secara tradisional justru menggunakan emas sebagai cadangan devisa. Secara matematika, selama negara-negara tersebut menganggap emas sebagai safe haven, maka harga emas akan terus naik, tanpa memedulikan pemikiran orang Amerika.
"Di Amerika, kita sangat mencintai rumah, saham dan obligasi untuk investasi. Tapi itu terlalu Amerika-sentries dan tidak berlaku bagi seluruh dunia," ujar Feldman. Menurutnya, hukum sederhana mengenai penawaran dan permintaan membuat investasi emas menjadi sangat menarik. Pasokan yang terbatas dan sering sulit diambil menambah nilai jual emas.
"Orang-orang yang menghabiskan hidup mereka hanya dengan melihat saham dan obligasi selalu berpikir emas adalah logam barbar," ucap Jeff Sica, president and chief investment officer SICA Wealth Management di Morristown, N.J.
Menurutnya emas tidak akan pernah mendapatkan penghormatan dari Wall Street namun selalu berada di bawah pengawasan mereka. Meskipun demikian Sica meramal, harga emas akan cenderung bergerak naik di atas US$ 2.000. Ia mengaku tak khawatir dengan pandangan Buffett. Jadi, ia menyarankan sebaiknya investor mengabaikan perhitungan Buffet atas emas.
Terakhir, ia membuktikan kepiawaiannya dalam berinvestasi saham melalui surat berusia 50 tahun. Apa katanya? meraup untung atau rugi investasi saham dalam kurun waktu 6 bulan hingga 1 tahun, bukanlah hal yang harus dipikirkan secara serius. Hal itu bisa dibuktikan lewat kinerja saham yang dikelolanya. Tapi kebenciannya terhadap emas? Itu cerita lain. CEO sekaligus pemilik Berkshire Hathaway ini memiliki pandangan tersendiri terhadap logam mulia itu.
Dia mencontohkan, jika seseorang memiliki 170.000 ton emas saat ini, 100 tahun kemudian balokan tersebut tak akan berubah ukuran dan tak akan memproduksi apa pun. Yang perlu digarisbawahi, ia lupa mencantumkan pergerakan harga emas.
Buffett lebih suka bermain saham ketimbang emas dan komoditas lainnya karena hal itulah yang membuat perusahaan publik dianggap memiliki aset secara nyata. Perusahaan-perusahaan tersebut bisa membayar dividen. Dengan kata lain, Buffett menilai saham merupakan aset produktif, sedangkan emas tidak.
Tetapi bagaimana jika pandangan Buffett kali ini salah?
Pernahkan anda melihat apa yang dilakukan emas dalam dua tahun terakhir? si kuning ini masih bertengger di atas US$ 1.600 per ons dan kembali ke teritori positif tahun ini. Benar, harga emas hingga paruh pertama 2012 masih 15% di bawah pencapaian tahun lalu yang mencetak rekor di US$ 1.925 per ons.
Fakta lain, emas berlari kencang melebihi kinerja saham selama lebih dari satu dekade. Ditambah lagi dengan rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang kemungkinan besar melakukan pelonggaran kebijakan ekonomi.
Kebijakan semacam itu akan menekan mata uang utama seperti US$ dan euro. Sebaliknya, emas akan semakin bersinar sebagai alternatif pilihan investasi.
Lalu bagaimana dengan pendapat Buffett? Jika sang Oracle of Omaha ini menyarankan agar menjauhi emas, apakah anda harus mengabaikannya? Jawabannya adalah: Iya.
Steven Feldman, CEO Gold Bullion International sebuah perusahaan yang memungkinkan semua orang berinvestasi langsung di logam fisik secara terang-terangan ingin mendebat pandangan Buffett.
Feldman yang merupakan mitra Goldman Sachs menilai, ada kesalahpahaman atas emas antara investor pemula dan investor canggih.
Menurutnya, mantra Buffett yang anti emas sangat unik dan wajib diverifikasi. Negara berkembang seperti China dan India secara tradisional justru menggunakan emas sebagai cadangan devisa. Secara matematika, selama negara-negara tersebut menganggap emas sebagai safe haven, maka harga emas akan terus naik, tanpa memedulikan pemikiran orang Amerika.
"Di Amerika, kita sangat mencintai rumah, saham dan obligasi untuk investasi. Tapi itu terlalu Amerika-sentries dan tidak berlaku bagi seluruh dunia," ujar Feldman. Menurutnya, hukum sederhana mengenai penawaran dan permintaan membuat investasi emas menjadi sangat menarik. Pasokan yang terbatas dan sering sulit diambil menambah nilai jual emas.
"Orang-orang yang menghabiskan hidup mereka hanya dengan melihat saham dan obligasi selalu berpikir emas adalah logam barbar," ucap Jeff Sica, president and chief investment officer SICA Wealth Management di Morristown, N.J.
Menurutnya emas tidak akan pernah mendapatkan penghormatan dari Wall Street namun selalu berada di bawah pengawasan mereka. Meskipun demikian Sica meramal, harga emas akan cenderung bergerak naik di atas US$ 2.000. Ia mengaku tak khawatir dengan pandangan Buffett. Jadi, ia menyarankan sebaiknya investor mengabaikan perhitungan Buffet atas emas.